DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang................................................................................1
1.2
Pembatasan Masalah……………………………………………...1
1.3
Tujuan Penulisan……………………………………………….....1
1.4
Manfaat Penulisan………………………………………………...2
Bab
II Pengaruh Degradasi Tanah terhadap Gedung Bertingkat
2.1
Definisi Tanah…………………………………………………….3
2.2
Jenis-jenis Tanah………………………………………………….3
2.3
Degradasi Tanah…………………………………………………..4
2.4
Faktor Penyebab Degradasi Tanah………………………………..5
2.5
Dampak Degradasi terhadap Gedung Bertingkat………………....6
2.6
Solusi Alternatif…………………………………………………...7
Bab III
Kesimpulan dan Saran
3.1
Kesimpulan………………………………………………………..8
3.2
Saran……………………………………………………………....8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang kian maju dalam
pembangunan gedung, bertambah pula permasalahan yang dihadapi.Salah satunya
adalah degradasi. Dimana keadaan tanah mengalami penurunan baik secara serempak
atau di beberapa titik dari posisinya semula. Hal ini tentu saja akan sangat
berpengaruh pada pondasi. Bukan tidak mungkin jika akan terjadi bangunan ambruk
karena pondasi yang labil.
Salah satu faktor penyebab degradasi karena pada zaman sekarang banyak pengusaha
legal maupun ilegal yang melaksanakan proyek pertambangan yang tidak sehat sehingga
kadar mineral dari tanah dan lapisan tanah
tersebut menjadi berkurang dan akan menyebabkan terjadinya degradasi
tanah.
Dari hal tersebut kami mencoba menguraikan melalui makalah ini bagaimana
solusi alternatife yang tepat untuk masalah tersebut.
1.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah mengenai degradasi tanah terhadap gedung bertingkat
ini sangat luas. Oleh karena itu, Penyusun membatasi pembahasan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa faktor penyebab degradasi tanah terhadap gedung
bertingkat?
2.
Bagaimana dampak degradasi tanah terhadap gedung bertingkat?
3.
Solusi alternatife untuk degradasi tanah terhadap gedung
bertingkat.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengemukakan bagaimana faktor penyebab degradasi tanah terhadap
gedung bertingkat.
2.
Mengemukakan solusi dari degradasi tanah terhadap gedung
bertingkat.
3.
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari
penulisan nakalah ini adalah:
1.
Dapat mengetahui bagaimana faktor penyebab degradasi tanah
terhadap gedung bertingkat
2.
Dapat mengemukakan
solusi yang baik untuk mengatasi degradasi tanah terhadap gedung bertingkat.
3.
Menjadi salah satu bahan rujukan pembaca mengenai degradasi
yang akan menimbulkan kesadaran diri menjaga kestabilan tanah
BAB II
PENGARUH DEGRADASI TANAH
TERHADAP GEDUNG BERTINGKAT
2.1 Definisi Tanah
Menurut ilmu mekanika tanah, tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat
secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk
(yang berpartikel padat) di sertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
Tanah berguna sebagai bahan bagnunan pada berbagai macam pekerjaan teknik
sipil, di samping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan.
2.2 Jenis-jenis Tanah
Jenis tanah dilihat dari kepadatannya sebagi
berikut:
1.
Pasir Lepas (“ Loose Sand”)
Pasir Lepas adalah deposit pasir dengan kepadatan rendah. Apabila
ponadasi mesin berada di atas pasir lepas, maka getaran mesin akan
memadatkannya, sehingga menyebabkan penurunan yang besar.
2.
Tanah “loess”
Tanah “loess’ adalah suatu deposit yang relative uniform, tanah lanau
bawaan air. Tanah ini mempunyai permeabilitas vertical yang tinggi. Tanah
“loess” menjadi sangat kompresibel apabila jenuh. Apabila suatu bangunan berada
dia atas tanah “loess” maka untuk mencegah jangan sampai terjadi penurunan yang
besar setelah bangunan selesai, sebelum pembangunan di mulai lapisan tanah ini
di basahi dahulu agar terjadi penurunan.
3.
Lempung yang terkonsolidasi normal
Lempung yang terkonsolidasi normal adalah tanah lempung yang tidak pernah
mengalami tekanan yang lebih besar daripada tekanan yang ada pada saat sekarang.
Tanah ini umumnya sangat kompresibel, mempunyai daya dukung yan rendah, dan
perneabilitasnya juga rendah.
Karena kompresibilitasnya tinggi, tanah ini tidak mampu mendukung
bangunan dengan pondasi dangkal. Jadi, di perlukan pondasi tiang untuk
menruskan beban bangunan ke lapisan tanah yang lebih dalam yang mempunyai daya
dukung yang lebih tinggi, atau menggunakan pondasi pelat di mana berat tanah
yang di gali untuk ‘basement” sama dengan berat bangunan.
4.
Tanah lempung yang terkonsolidasi lebih
Tanah lempung yang terkonsolidasi lebih adalah lempung yang pada masa
lalu mengalami tekanan yang lebih besar daripada tekanan yang di derita
sekarang. Jenis lempung ini mempunyai daya dukung yang agak tinggi dan tidak
kompresibel.
5.
Bentonit
Bentonit adalah Lempung yang mempunyai plastisitas yang tinggi yang di
hasilkan dari dekomposisi abu vulkanis. Tanah ini sangat ekspansif yang
mengembang cukup besar jika kondisinya jenuh. Hal ini menimbulkan masalah pada
pondasi, trotoar, dan lain-lain. Apabila berad di atas lapisan tanah ini karena
jika terjadi perubahan musim maka kadar air berubah.
6.
Gambut
Gambut adalah bahan organis setengah lapuk berserat. Gambut mempunyai
angka pori yang sangat tinggi dan sangat kompresibel. Jika bangunan berada di
atas tanah gambut, maka penurunannya yang terjadi sangat besar.
2.3 Degradasi Tanah
Degradasi tanah adalah penurunan tanah yang akan menyebabkan daerah
sekitar tanah tersebut mengalami kerusakan. Apabila tanah yang ada gedung
bertingkat di atasnya mengalami degradasi maka gedung tersebut akan retak-retak
bahkan bisa sampai ambruk.
Karakteristik tanah terdegradasi umumnya diukur dengan membandingkan
dengan tanah non terdegradasi yaitu tanah hutan. Pembandingan tanah hutan sebagai tanah non
terdegradasi karena memiliki siklus tertutup artinya semua unsur hara di dalam
sistem tanah hutan berputar dan sangat sedikit yang hilang atau keluar dari
sistem siklus hutan. Sedangkan selain
tanah hutan merupakan sistem terbuka dimana siklus hara dapat hilang dari
sistem tersebut.
Klasifikasi tanah terdegradasi cukup banyak
dimunculkan diantaranya adalah GLASOD (Globall Assessmen of Soil Degradation),
suatu proyek yang dirancang UNEP (United Nations Environment Programme) yang
dikoordinir olrh ISRIC (International Soil Reference and Information
Centre) bekerjasama dengan ISSS
(International Soil Society of Soil Science). The Winand Staring Centre for
Integrated Land, Soil and Water Research (SC/DLO), and Food and Agricultural
Organization (FAO). Klasifikasi GLASOD
didasarkan atas keseimbangan antara kekuatan rusak iklim dan resistensi alami
kelerengan terhadap kekutan merusak akibat intervensi manusia, sehingga
dihasilkan penurunan kapasitas tanah saat ini atau kedepan untuk mendukung
kehidupan manusia. Tipe degradasi
tanah terbagi 2 macam, pertama berhubungan dengan displasemen bahan tanah yang
terdiri dari erosi air (hilangnya top soil dan deformasi lereng) dan erosi
angin (hilangnya top soil, deformasi lereng, dan overblowing). Kedua berdasarkan deteroriasi in situ
terdiri dari degradasi kimia (hilangnya unsur hara/ bahan organik, salinisasi,
acidifikasi (keasaman), dan polusi), dan degradasi fisik (kompaksi, crusting
, sealing, banjir, subsiden bahan organik). Derajat tipe degradasi terbagi menjadi rendah
sedang, kuat dan ekstrim, dengan faktor penyebab adalah deforestasi, overgrazing,
kesalahan pengelolaan pertanian, eksploitasi berlebihan, dan aktivitas industri
(Oldeman, 1994)
2.4 Faktor Penyebab
Degradasi Tanah
Faktor degradasi tanah umumnya terbagi 2 jenis yaitu akibat faktor alami
dan akibat faktor campur tangan manusia. Menurut Barrow (1991) faktor alami
penyebab degradasi tanah antara lain: areal berlereng curam, tanah mudah rusak,
curah hujan intensif, dan lain-lain.
Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung maupun
tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami. Oldeman (1994) menyatakan lima faktor
penyebab degradasi tanah akibat campur
tangan manusia secara langsung, yaitu: deforestasi, overgrazing,
aktivitas pertanian, eksploitasi berlebihan,
dan aktivitas industri dan bioindustri. Sejalan dengan pendapat
sebelumnya, Lal (1986) mengemukakan bahwa faktor penyebab tanah terdegradasi,
antara lain: deforestasi, mekanisasi dalam usahatani, kebakaran, penggunaan
bahan kimia pertanian, dan penanaman
secara monokultur. Faktor-faktor tersebut di Indonesia umumnya terjadi secara
simultan.
Umumnya telah sepakat bahwa faktor-faktor penyebab
degradasi baik secara alami maupun campur tangan manusia menimbulkan kerusakan
dan menurunnya produktivitas tanah.
Beberapa jenis tanah juga
sangat rentan mengalami penurunan apabila didirikan bangunan di atasnya.
Misalnya saja tanah gambut, hal tersebut karena tanah gambut memiliki angka
pori yang sangat tinggi dan sangat kompresibel.
Pada lahan yang berlereng proses degradasi tanah akan cepat terjadi
karena adanya erosi. Erosi akan membawa lapisan permukaan tanah yang relatif
lebih subur ke tempat lain, yang akan mengakibatkan pemiskinan unsur hara dan
menurunkan kualitas sifat fisik dan kimia tanah dan akibatnya tanah menjadi
rusak atau terdegradasi. .
2.3 Dampak Degradasi Tanah
terhadap Gedung Bertingkat
Degradasi
tanah berdampak terhadap penurunan produktivitas tanah. Kehilangan produktivitas dicirikan terjadinya
erosi akibat tanah terdegradasi
Penurunan
tanah juga dapat mengakibatkan berkurangnya ketahanan/stabilitas tanah
terhadap DDT (Daya Dukung Tanah).
Semaikn kecil DDT maka semakin kecil pula kekuatan tanah untuk menanggung
tekanan.
Tekanan yang terjadi pada tanah pondasi akan
mengalami perubahan elastis dan plastis. Sedangkan mengenai penurunan itu
sendiri, dibagi tiga macam , yaitu: penurunan langsung, penuruna karena konsolidasi dan penurunan sangat
perlahan sehubungan dengan pnajngnya waktu yang dibutuhkan untuk penurunan itu.
Penurunan
langsung adalah penurunan yang langsung terjadi sewaktu gaya-gaya luar bekerja,
yakni termasuk perubahan elastis pondasi dan juga hampir seluruh penurunan pada
tanah berpasir termasuk penuruna langsung.
Dampak
kohesif jenuh maka penurunan karena konsolidasi berlangsung setelah terjadinya
penurunan langsung.
Karena
tanah pondasi tersusun dari berbagai lapisan, maka pada jumla penurunan adalah
jumlah keseluruhan penurunan yang terjadi pada lapisan-lapisan ini. Mungkin
penurunan karena konsolidasi pada lapisan kohesif jenuh yang amat sering
menimbulkan persoalan besar bagi insinyur sipil.
Pondasi
gedung bertingkat yang berkaitan langsung dengan tanah pondasi akan menjadi
labil dan apabila dibiarkan akan berakibat ambruknya suatu gedung jika
degradasi tidak segera diatasi.
2.4 Solusi Alternatif
Resiliensi (resilience) sebagai kata benda adalah ukuran kemampuan
sistem tanah untuk kembali kepada kondisi asli, sedangkan resiliensi sebagai
kata sifat berarti kemampuan sangga tanah atau ketahanan tanah terhadap
perubahan (Eswaran, 1994). Konsep resiliensi adalah mengevaluasi kemampuan
tanah untuk kembali kepada tingkat penampilan semula, jika tanah tersebut
mengalami degradasi atau terjadi penurunan sifat-sifatnya dalam konteks dimensi
waktu dan nilai. Resiliensi merupakan
upaya dari rehabilitasi (Eswaran, 1994), sedangkan Lal (1994) menyatakan
resiliensi tanah tergantung kepada keseimbangan antara restorasi tanah dan
degradasi tanah. Dalam hal ini tanah akan dipadatkan supaya kembali pada
kondisi semula.
Tanah mempunyai sifat untuk meningkatkan kepadatan dan kekuatan gesernya
apabila mendapat tekanan. Apabila beban yang bekerja tanah pondasi telah
melampaui daya dukung batasnya, tegangan geser yang ditimbulkan di dalam tanah
pondasi melampaui ketahan pondasi maka akan berakibat keruntuhan geser dari
tanah pondasi.
Salah satu upaya untuk mengatasi degradasi adalah metode perbaikan
stabilitas oleh penyesuaian degradasi
dengan jalan dipadatkan. Tanah yang akan dipadatkan dengan baik pada campuran
yang sangat tepat antara butir-butir halus dan kasar, tidak akan menyebabkan
aliran saming oleh karena pembebanan, meskipun tanah itu digunakan
sebagai lapisan dasar beban jalan. Stabilitas mekanis tanah sedemikian adalah sangat
baik. Tanah asli tidak selalu mempunyai distribusi gradasi yang baik dan
karakteristik kekuatannya selalu berubah sesuai dengan kadar airnya. Oleh sebab
itu, tujuan dari stabilitas dengan penyesuaian gradasi adalah untuk memperoleh
kekuatan mekanis atau stabilitas jangka panjang.
Tanah yang mempunyai campuran bagian gradasi yang cocok dapat dipadatkan
sampai suatu kepadatan tinggi yang stabil, dalam praktek diperkirakan mempunyai
distribusi gradasi.
Pencampuran tanah butir kasar seperti kerikil yang akan meningkatkan
kemampuan lalu lintas tanah kohesif dengan kadar air yang tinggi juga merupakan
suatu stabilisasi oleh penyesuaisn gradasi. Bilamana tanah yang telah
disesuaikan gradasinya ditambah dengan kapur atau emen, maka efek stabilitasnya
akan sangat meningkat.
Stabilisasi oleh penyesuaian gradasi telah dikembangkan terutama untuk
memperkuat lapisan dasar badan jalan atau landasn. Dewasa ini telah terdapat
bebrapa metoda pencampuran bahan dari distribusi gradasi yang berlainan.
Insinyur sipil dapat melakukan hal ini sebagai salah satu alternatif dalam
merehabilitasi tanah terdegradasi.
By :fortunata Merry o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar