Selasa, 01 November 2011

PENGARUH DEGRADASI TANAH TERHADAP GEDUNG BERTINGKAT


DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1        Latar Belakang................................................................................1
1.2        Pembatasan Masalah……………………………………………...1
1.3        Tujuan Penulisan……………………………………………….....1
1.4        Manfaat Penulisan………………………………………………...2
Bab II Pengaruh Degradasi Tanah terhadap Gedung Bertingkat
2.1        Definisi Tanah…………………………………………………….3
2.2        Jenis-jenis Tanah………………………………………………….3
2.3        Degradasi Tanah…………………………………………………..4
2.4        Faktor Penyebab Degradasi Tanah………………………………..5
2.5        Dampak Degradasi terhadap Gedung Bertingkat………………....6
2.6        Solusi Alternatif…………………………………………………...7
Bab III Kesimpulan dan Saran
3.1        Kesimpulan………………………………………………………..8
3.2        Saran……………………………………………………………....8
Daftar Pustaka
                                                 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang kian maju dalam pembangunan gedung, bertambah pula permasalahan yang dihadapi.Salah satunya adalah degradasi. Dimana keadaan tanah mengalami penurunan baik secara serempak atau di beberapa titik dari posisinya semula. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada pondasi. Bukan tidak mungkin jika akan terjadi bangunan ambruk karena pondasi yang labil.
Salah satu faktor penyebab degradasi  karena pada zaman sekarang banyak pengusaha legal maupun ilegal yang melaksanakan  proyek pertambangan yang tidak sehat sehingga kadar mineral dari tanah dan lapisan tanah  tersebut menjadi berkurang dan akan menyebabkan terjadinya degradasi tanah.
Dari hal tersebut kami mencoba menguraikan melalui makalah ini bagaimana solusi alternatife yang tepat untuk masalah tersebut.

1.2   Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah mengenai degradasi tanah terhadap gedung bertingkat ini sangat luas. Oleh karena itu, Penyusun membatasi pembahasan masalah sebagai berikut:
1.      Apa faktor penyebab degradasi tanah terhadap gedung bertingkat?
2.      Bagaimana dampak  degradasi tanah terhadap gedung bertingkat?
3.      Solusi alternatife untuk degradasi tanah terhadap gedung bertingkat.

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengemukakan bagaimana faktor penyebab degradasi tanah terhadap gedung bertingkat.
2.      Mengemukakan solusi dari degradasi tanah terhadap gedung bertingkat.
3.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah bahasa Indonesia.

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan nakalah ini adalah:
1.      Dapat mengetahui bagaimana faktor penyebab degradasi tanah terhadap gedung bertingkat
2.       Dapat mengemukakan solusi yang baik untuk mengatasi degradasi tanah terhadap gedung bertingkat.
3.      Menjadi salah satu bahan rujukan pembaca mengenai degradasi yang akan menimbulkan kesadaran diri menjaga kestabilan tanah



BAB II
PENGARUH DEGRADASI TANAH
TERHADAP GEDUNG BERTINGKAT


2.1  Definisi Tanah
Menurut ilmu mekanika tanah, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) di sertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
Tanah berguna sebagai bahan bagnunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, di samping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan.

2.2  Jenis-jenis Tanah
 Jenis tanah dilihat dari kepadatannya sebagi berikut:
1.      Pasir Lepas (“ Loose Sand”)
Pasir Lepas adalah deposit pasir dengan kepadatan rendah. Apabila ponadasi mesin berada di atas pasir lepas, maka getaran mesin akan memadatkannya, sehingga menyebabkan penurunan yang besar.
2.                              Tanah “loess”
Tanah “loess’ adalah suatu deposit yang relative uniform, tanah lanau bawaan air. Tanah ini mempunyai permeabilitas vertical yang tinggi. Tanah “loess” menjadi sangat kompresibel apabila jenuh. Apabila suatu bangunan berada dia atas tanah “loess” maka untuk mencegah jangan sampai terjadi penurunan yang besar setelah bangunan selesai, sebelum pembangunan di mulai lapisan tanah ini di basahi dahulu agar terjadi penurunan.


3.            Lempung yang terkonsolidasi normal
Lempung yang terkonsolidasi normal adalah tanah lempung yang tidak pernah mengalami tekanan yang lebih besar daripada tekanan yang ada pada saat sekarang. Tanah ini umumnya sangat kompresibel, mempunyai daya dukung yan rendah, dan perneabilitasnya juga rendah.
Karena kompresibilitasnya tinggi, tanah ini tidak mampu mendukung bangunan dengan pondasi dangkal. Jadi, di perlukan pondasi tiang untuk menruskan beban bangunan ke lapisan tanah yang lebih dalam yang mempunyai daya dukung yang lebih tinggi, atau menggunakan pondasi pelat di mana berat tanah yang di gali untuk ‘basement” sama dengan berat bangunan.
4.                              Tanah lempung yang terkonsolidasi lebih
Tanah lempung yang terkonsolidasi lebih adalah lempung yang pada masa lalu mengalami tekanan yang lebih besar daripada tekanan yang di derita sekarang. Jenis lempung ini mempunyai daya dukung yang agak tinggi dan tidak kompresibel.
5.                              Bentonit
Bentonit adalah Lempung yang mempunyai plastisitas yang tinggi yang di hasilkan dari dekomposisi abu vulkanis. Tanah ini sangat ekspansif yang mengembang cukup besar jika kondisinya jenuh. Hal ini menimbulkan masalah pada pondasi, trotoar, dan lain-lain. Apabila berad di atas lapisan tanah ini karena jika terjadi perubahan musim maka kadar air berubah.
6.                              Gambut
Gambut adalah bahan organis setengah lapuk berserat. Gambut mempunyai angka pori yang sangat tinggi dan sangat kompresibel. Jika bangunan berada di atas tanah gambut, maka penurunannya yang terjadi sangat besar.



2.3 Degradasi Tanah
Degradasi tanah adalah penurunan tanah yang akan menyebabkan daerah sekitar tanah tersebut mengalami kerusakan. Apabila tanah yang ada gedung bertingkat di atasnya mengalami degradasi maka gedung tersebut akan retak-retak bahkan bisa sampai ambruk.
Karakteristik tanah terdegradasi umumnya diukur dengan membandingkan dengan tanah non terdegradasi yaitu tanah hutan.  Pembandingan tanah hutan sebagai tanah non terdegradasi karena memiliki siklus tertutup artinya semua unsur hara di dalam sistem tanah hutan berputar dan sangat sedikit yang hilang atau keluar dari sistem siklus hutan.  Sedangkan selain tanah hutan merupakan sistem terbuka dimana siklus hara dapat hilang dari sistem tersebut.
Klasifikasi tanah terdegradasi cukup banyak dimunculkan diantaranya adalah GLASOD (Globall Assessmen of Soil Degradation), suatu proyek yang dirancang UNEP (United Nations Environment Programme) yang dikoordinir olrh ISRIC (International Soil Reference and Information Centre)  bekerjasama dengan ISSS (International Soil Society of Soil Science). The Winand Staring Centre for Integrated Land, Soil and Water Research (SC/DLO), and Food and Agricultural Organization (FAO).    Klasifikasi GLASOD didasarkan atas keseimbangan antara kekuatan rusak iklim dan resistensi alami kelerengan terhadap kekutan merusak akibat intervensi manusia, sehingga dihasilkan penurunan kapasitas tanah saat ini atau kedepan untuk mendukung kehidupan manusia.    Tipe degradasi tanah terbagi 2 macam, pertama berhubungan dengan displasemen bahan tanah yang terdiri dari erosi air (hilangnya top soil dan deformasi lereng) dan erosi angin (hilangnya top soil, deformasi lereng, dan overblowing).  Kedua berdasarkan deteroriasi in situ terdiri dari degradasi kimia (hilangnya unsur hara/ bahan organik, salinisasi, acidifikasi (keasaman), dan polusi), dan degradasi fisik (kompaksi, crusting , sealing, banjir, subsiden bahan organik).  Derajat tipe degradasi terbagi menjadi rendah sedang, kuat dan ekstrim, dengan faktor penyebab adalah deforestasi, overgrazing, kesalahan pengelolaan pertanian, eksploitasi berlebihan, dan aktivitas industri (Oldeman, 1994)

2.4 Faktor Penyebab Degradasi Tanah
Faktor degradasi tanah umumnya terbagi 2 jenis yaitu akibat faktor alami dan akibat faktor campur tangan manusia. Menurut Barrow (1991) faktor alami penyebab degradasi tanah antara lain: areal berlereng curam, tanah mudah rusak, curah hujan intensif, dan lain-lain.  Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami.  Oldeman (1994) menyatakan lima faktor penyebab degradasi tanah akibat  campur tangan manusia secara langsung, yaitu: deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian, eksploitasi berlebihan,  dan aktivitas industri dan bioindustri. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Lal (1986) mengemukakan bahwa faktor penyebab tanah terdegradasi, antara lain: deforestasi, mekanisasi dalam usahatani, kebakaran, penggunaan bahan kimia pertanian, dan  penanaman secara monokultur. Faktor-faktor tersebut di Indonesia umumnya terjadi secara simultan.
Umumnya telah sepakat bahwa faktor-faktor penyebab degradasi baik secara alami maupun campur tangan manusia menimbulkan kerusakan dan menurunnya produktivitas tanah. 
      Beberapa jenis tanah juga sangat rentan mengalami penurunan apabila didirikan bangunan di atasnya. Misalnya saja tanah gambut, hal tersebut karena tanah gambut memiliki angka pori yang sangat tinggi dan sangat kompresibel.
Pada lahan yang berlereng proses degradasi tanah akan cepat terjadi karena adanya erosi. Erosi akan membawa lapisan permukaan tanah yang relatif lebih subur ke tempat lain, yang akan mengakibatkan pemiskinan unsur hara dan menurunkan kualitas sifat fisik dan kimia tanah dan akibatnya tanah menjadi rusak atau terdegradasi.                            .


2.3  Dampak Degradasi Tanah terhadap Gedung Bertingkat
Degradasi tanah berdampak terhadap penurunan produktivitas tanah.  Kehilangan produktivitas dicirikan terjadinya erosi akibat tanah terdegradasi
Penurunan tanah juga dapat mengakibatkan berkurangnya ketahanan/stabilitas tanah terhadap  DDT (Daya Dukung Tanah). Semaikn kecil DDT maka semakin kecil pula kekuatan tanah untuk menanggung tekanan.
 Tekanan yang terjadi pada tanah pondasi akan mengalami perubahan elastis dan plastis. Sedangkan mengenai penurunan itu sendiri, dibagi tiga macam , yaitu: penurunan langsung, penuruna  karena konsolidasi dan penurunan sangat perlahan sehubungan dengan pnajngnya waktu yang dibutuhkan untuk penurunan itu.
Penurunan langsung adalah penurunan yang langsung terjadi sewaktu gaya-gaya luar bekerja, yakni termasuk perubahan elastis pondasi dan juga hampir seluruh penurunan pada tanah berpasir termasuk penuruna langsung.
Dampak kohesif jenuh maka penurunan karena konsolidasi berlangsung setelah terjadinya penurunan langsung.
Karena tanah pondasi tersusun dari berbagai lapisan, maka pada jumla penurunan adalah jumlah keseluruhan penurunan yang terjadi pada lapisan-lapisan ini. Mungkin penurunan karena konsolidasi pada lapisan kohesif jenuh yang amat sering menimbulkan persoalan besar bagi insinyur sipil.
Pondasi gedung bertingkat yang berkaitan langsung dengan tanah pondasi akan menjadi labil dan apabila dibiarkan akan berakibat ambruknya suatu gedung jika degradasi tidak segera diatasi.

2.4  Solusi Alternatif
Resiliensi (resilience) sebagai kata benda adalah ukuran kemampuan sistem tanah untuk kembali kepada kondisi asli, sedangkan resiliensi sebagai kata sifat berarti kemampuan sangga tanah atau ketahanan tanah terhadap perubahan (Eswaran, 1994). Konsep resiliensi adalah mengevaluasi kemampuan tanah untuk kembali kepada tingkat penampilan semula, jika tanah tersebut mengalami degradasi atau terjadi penurunan sifat-sifatnya dalam konteks dimensi waktu dan nilai.  Resiliensi merupakan upaya dari rehabilitasi (Eswaran, 1994), sedangkan Lal (1994) menyatakan resiliensi tanah tergantung kepada keseimbangan antara restorasi tanah dan degradasi tanah. Dalam hal ini tanah akan dipadatkan supaya kembali pada kondisi semula.
Tanah mempunyai sifat untuk meningkatkan kepadatan dan kekuatan gesernya apabila mendapat tekanan. Apabila beban yang bekerja tanah pondasi telah melampaui daya dukung batasnya, tegangan geser yang ditimbulkan di dalam tanah pondasi melampaui ketahan pondasi maka akan berakibat keruntuhan geser dari tanah pondasi.
Salah satu upaya untuk mengatasi degradasi adalah metode perbaikan stabilitas  oleh penyesuaian degradasi dengan jalan dipadatkan. Tanah yang akan dipadatkan dengan baik pada campuran yang sangat tepat antara butir-butir halus dan kasar, tidak akan menyebabkan aliran saming oleh karena pembebanan, meskipun tanah itu digunakan sebagai lapisan dasar beban jalan. Stabilitas mekanis tanah sedemikian adalah sangat baik. Tanah asli tidak selalu mempunyai distribusi gradasi yang baik dan karakteristik kekuatannya selalu berubah sesuai dengan kadar airnya. Oleh sebab itu, tujuan dari stabilitas dengan penyesuaian gradasi adalah untuk memperoleh kekuatan mekanis atau stabilitas jangka panjang.
Tanah yang mempunyai campuran bagian gradasi yang cocok dapat dipadatkan sampai suatu kepadatan tinggi yang stabil, dalam praktek diperkirakan mempunyai distribusi gradasi.
Pencampuran tanah butir kasar seperti kerikil yang akan meningkatkan kemampuan lalu lintas tanah kohesif dengan kadar air yang tinggi juga merupakan suatu stabilisasi oleh penyesuaisn gradasi. Bilamana tanah yang telah disesuaikan gradasinya ditambah dengan kapur atau emen, maka efek stabilitasnya akan sangat meningkat.
Stabilisasi oleh penyesuaian gradasi telah dikembangkan terutama untuk memperkuat lapisan dasar badan jalan atau landasn. Dewasa ini telah terdapat bebrapa metoda pencampuran bahan dari distribusi gradasi yang berlainan. Insinyur sipil dapat melakukan hal ini sebagai salah satu alternatif dalam merehabilitasi tanah terdegradasi.

By :fortunata Merry o

Tidak ada komentar:

Posting Komentar