Senin, 17 September 2012

STRUKTUR Bangunan BAJA

BAB I
PENGERTIAN

Baja adalah bahan komoditas tinggi, terdiri dari Fe dalam bentuk ltimat dan karbon. Besarnya ltima karbon adalah 1,6 %. Pembuatan baja dilakukan dengan pembersihan dalam ltimatere tinggi. Besi mentah tidak dapat ditempa. Pembuatan baja dilakukan  menurut proses dapur tinggi dengan bahan mentahnya biji Besi (Fe) dengan Oksigen (O) dan bahan-bahan lainnya. Biji besi yang baik berkadar Fe atau Besi ± 60%, yang dinamakan dapur tinggi adalah dapur corong yang tingginya 20 – 30 meter dan bagian bawahnya diberi lapisan batu tahan api. Didalam dapur ini besi dipecahkan dari persenyawaan dan sebanyak mungkin dipisahkan dari mineral lain.[1]
Baja berasal dari biji-biji besi yang telah melalui proses pengolahan ditempa untuk berbagi keperluan. Besi yang murni adalah suatu logam putih kebiruan, selunak timah hitam dan dapat dipotong dengan pisau. Disamping besi, baja juga mengandung sedikit zat arang ©, Silikon (Si), Mangan (Mn), Posfor (P) dan Belerang (S). Sifat baja adalah memiliki ketangguhan yang besar dan sebagian besar tergantung pada cara pengolahan dan campurannya. Titik lelehnya sekitar 1460°-1520°c, berat jenisnya sekitar 7,85 dan angka pengembangannya tiap 1°c.
Pengaruh C, Si dan Mn dalam campuran besi memberikan pengaruh yang baik pada kualitas baja. Kualitas baja menjadi buruk apabila dalam campuran tersebut banyak terdapat P dan S. pada biji-biji besi yang belum diolah kadar C, Si, Mn dan S adalah sebanyak 4 %. Jadi baja adalah bahan besi yang kebersamaannya tinggi, terjadi terutama dari Fe, ltimat dan C. Pada umumnya jenis-jenis baja bangunan terbagi dua macam yaitu :
1.          Baja Wals (giling) tidak dengan campuran logam.
2.          Baja Wals dengan campuran logam.
Baja yang digunakan untuk bahan bangunan adalah baja yang berupa batangan dan plat yang digunakan untuk pembuatan bangunan seperti rumah tinggal, bangunan ltima, jembatan dan lain-lain. Konstruksi rangka baja adalah suatu konstruksi yang dibuat dari susunan batang-batang baja yang membentuk kumpulan-kumpulan segi tiga, dimana tiap pertemuan bebarapa batang disambung pada plat pertemuan/simpul dengan menggunakan alat sambung.
Penggunaan konstruksi rangka baja untuk bangunan, diantaranya adalah untuk: kuda—kuda, ikatan angin, jembatan rangka, tiang transmisi dan menara air. Jenis-jenis baja untuk bangunan biasanya diberi nomor yang sesuai dengan ultimatenya. Jenis baja yang banyak dipakai adalah St 37 dan St 52. Baja jenis St 37 mempunyai tegangan ltimate sebesar 3700 Kg/cm2. Baja jenis St 52 mempunyai tegangan ultimate sebesar 5200 Kg/cm2.


[1] Wikipidia indonesia


BAB II
LATAR BELAKANG SEJARAH
STRUKTUR BAJA

Pemakaian Logam sebagai bahan struktur dimulai dari besi tuang yang dituangkan pada pelengkung dengan bentang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun 1777-1779. Sejumlah jembatan besi tuang dibangun selam periode tahun 1780-1820, yang kebanyakan berbentuk busur dengan gelegar induk yang terdiri dari potongan besi tuang individual (berupa balok atau rangka batang). Besi tuang juga dipakai untuk rantai pada jembatan gantung (susupension bridges) sebelum tahun 1840.

                                                            2.1. Penggunaan besi sebelum baja digunakan
Besi tempa mulai menggantikan besi tuang setelah tahun 1840. Contoh tertua yang terpenting adalah jembatan Britania di Selai Menai, Wales, yang dibangun pada tahun 1846-1850. Ini merupakan jembatan balok tubular (berpenampang tertutup) dengan bentang 230-460-460-230 ft (70-140-140-70 m) yang dibuat drai plat dan siku besi tempa.
Proses penggilingan berbagai profil dikembangkan pada saat besi tuang dan besi tempa banyak digunakan. Batang bulat diproduksi dalam skala besar mulai tahun 1780. Pembuatan rel besi kereta api dimulai pada tahun 1820 dan dikembangkan menjadi profil I pada tahun 1870.
Perkembangan proses Bessemer (1855), penyempurnaan Konvertor Bessemer (1870), dan kapur alas terbuka memperluas pemakaian produk bijih besi sebagaibahan bangunan. Sejak tahun 1890 baja menggantikan besi tempa sebagai bahan bangunan logam utama. Tahun 1979 baja untuk bahan struktur memiliki tegangan leleh yang berkisar dari 24.000 sampai 100.000 pon per inci persegi, psi (165 sampai 690 megapascal MPA).[1]


[1] Charles.G, Salmon Dkk. “Struktur baja desain dan perilaku”  jilid 1 edisi kedua


BAB III
STRUKTUR BAJA

Struktur bisa dibagi atas tiga kategori umum : (a) struktur rangka (frame structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik; kolom, balik dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur selaput (shell), yang tegangan aksialnya dominan; dan (c) struktur gantung (suspension), yang sistem pendukung utamanya mengalami tarikan aksial yang dominan.[1]


1 1. Struktur Rangka
Gedung bertingkat banyak biasanya terdiri dari balok dan kolom yang disambung secara kaku atanu dengan sambungan ujung sedrhana bersama sokongan (bracing) diagonal untuk stabilitas. Bangunan industri dan bangunan satu tingkat sepert gereja, sekolah dan arena umumnya bisa berupa struktur rangka secara keseluruhan atau sebagian. Sistem atap khususnya bisa berupa himpunan rangka batang bidang, rangka batang ruang,kubah,atau sebagai  bagian dari portal kaku datar atau miring.                                                                          
                                                       3.1. Struktur Rangka
Jembatan umumnya merupakan struktur rangka, seperti balok dan gelegar plat atau rangka batang, yang biasanya menerus.

22.  Struktur Selaput
Pada jenis struktur ini, selaput memiliki fungsi pemakaian disamping ikut mendukung beban. Salah satu yang jenis tegangan utamanya bersifat tarik adalah tempat penyimpanan cairan (baik yang bersuhu tinggi maupun rendah), misalnya tangki air di atas tanah. Silo, tangki dan badan kapal merupakan contoh lainnya. Banyak struktur selaput merupakan gabungan dari struktur rangka dan selaput.
Pada dinding dan atap datar, elemen “penutup” (skin) bisa mengalami tekanan bila bekerja sama dengan kerangkanya. Badan pesawat adalah contohnya.
Struktur jenis selaput biasanya direncanakan oleh ahli-ahli khusus.                                                


                                                                        3.2. Struktur Selaput

    3. Struktur Gantung
Pada struktur gantung, kabel tarik merupakan elemen pendukung paling utama. Biasanya subsistem dari struktur tersebut terdiri dari struktur rangka, seperti rangka batang pengaku untuk jembatan gantung. Karena elemen tarik adalah elemen paling efisien untuk memikul beban, struktur yang memanfaatkan konsep ini sekarang banyak digunakan.
Banyak struktur istimewa yang dibuat dari kombinasi struktur rangka selaput dan gantung telah dibangun. Namun, perencana umumnya harus memahami prinsip perencanaan dan kelakuan struktur rangka.
                                                               3.3. Struktur Gantung


[1] Charles.G, Salmon Dkk. “Struktur baja desain dan perilaku”  jilid 1 edisi kedua

 
BAB IV
SIFAT—SIFAT BAJA

Sifat-sifat umum baja yaitu teristimewa kekakuannya dalam berbagai macam keadaan pembebanan atau muatan, terutama tergantung dari :
*            Cara meleburnya
*            Jenis dan banyaknya logam campuran
*            Proses yang digunakan dalam pembuatan.

1.  Dalil I
Besi murni tidak mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan untuk dipergunakan sebagai bahan penanggung dari konstruksi. Untuk mendapatkan sifat-sifat yang istimewa kadsang-kadang ditambahkan juga logam lain, seperti: Cr, N, Mo, dll. Baja yang digunakan dalam bentuk sekarang termasuk apa yang dikamakan baja bangunan. Sifat-sifat baja yang paling utama untuk diketahui adalah :
*       Sifat kekuatan, artinya baja itu mempunyai kekuatan tinggi untukmenahan tank, tekan, lenturan dan geseran.
*       Sifat keteguhan (solidity), yaitu batas dari tegangan-tegangan dalam, dimana perpatahan mulai berlangsung berarti daya lawan terhadap tarikan, tekan atau lenturan.
*       Sifat elastisitas, artinya sampai batas tertentu bahan baja mengalami pembebanan dan akibat pembebanan tersebut akan kembali pads bentuk semula atau dapat dikatakan pula sebagai kesanggupan dalam batas-batas tertentu sesudahnya, pembebanan, ditiadakan, kembali pada bentuk semula.
*       Sifat kekenyalan, artinya kesanggupan untuk menerima perubahan-­perubahan bentuk yang besar tanpa menderita kerugian berupa cacat­cacat atau kerusakan yang terlihat dari luas dan dalam jangka pendek sebelum patah masih bisa berubah bentuk dengan baik.
*       Sifat dapat ditempa, sifat pada keadaan lembek/pijar karena dipanasi mudah ditempa, sehingga dapat diubah bentuknya tetapi pada keadaan dingin, sifat kekuatannya tidak berubah.
*       Sifat kekerasan (hardness), artinya tidak mudah mengalami cacat jika terkena benturan, jadi bahan baja ini cukup keras tetapi elastis dimana kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain didalamnya.
*       Sifat kemungkinan dilas, sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain dengan memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tanpa merugikan sifat-sifat keteguhannya.

2.   Dalil II
Dalam praktek ada suatu hal yang sangat penting bahwa sifat-sifat konstruksi dapat berarti runtuhnya seluruh konstruksi, oleh karena itu :
*       Penentuan syarat-syarat minimum harus dimuat didalam seluruh kontrak pemesanan, pembelian atau penyerahan bahan.
*       Garansi tentang meratanya sifat-sifat itu harus didapatkan dengan dilakukannya pengujian pada waktu penyerahan bahan.
*       Tuntutan-tuntutan yang tinggi, tetapi tidak perlu benar sebab bahan bernilai tinggi itu lebih mahal atau tidak ekonomis.
*       Sifat sifat yang kita kehendaki harus ada bukan saja pada waktu penerimaan bahan tetapi juga harus tetap ada pada waktu sudah dikerjakan, yaitu setelah dipotong, digergaji, dibor, ditempa, dibengkokkan, dan lain-lain.


3.   Dalil III
Pengetahuan yang tepat dari sifat-sifat dan kekakuan baja bangunan dalam keadaan pembebanan yang bermacam-macam itu menjadi dasar pekerjaan dari seorang arsitek, statiker, kontruksi dan insinyur-insinyur dipabrik atau tempat pekerjaannya.

SIFAT-SIFAT BAJA
1.      BAJA STRUKTURAL
Selama pengenalan baja struktural sebagai bahan bangunan utama hingga tahun 1960, baja yang dipakai adalah baja karbon (carbon steel) dengan sebutan baja ATSM (American Society for Testing and Materials) A7, dan emmpunyai tegangan leleh minimum yang ditetapkan (minimum specified yield stress) sebesar 33 ksi. Banyak perencana hanya menyebutnya sebagai “baja” tanpa petunjuk lain dan spesifikasi AISC hanya menentukan tegangan ijin dan prosedur untuk jenis baja A7. Baja struktural yang lain, seperti baja paduan (alloy) rendah khusus tahan karat (A242) dan baja yang lebih mudah dilas (A373), telah ada di pasaran tetapi masih jarang dipergunakan untuk gedung. Perencanaan jembatan kadang-kadang memakai baja tersebut.
Tahun 1979, banyaknya baja yang tersedia memungkinkan seorang perencana menaikkan kekuatan bahan pada daerah yang tegangannya besar, sehingga tidak perlu memperbesar ukuran batang. Perencana dapat memutuskan berdasarkan mana yang lebih disukai, kekakuan maksimum atau berat teringan. Sifat tahan karat (untuk menghindari seringnya terjadi pengecatan)  juga dpat merupakan faktor yang penting. Beberapa baja sekarang dioksidasi untuk membentuk lapisan pelindung yang padat. Lapisan ini mencegah oksidasi (korosi atau karat) lebih lanjut dan mempunyai tekstur yang rata dengan warna merah-coklat tua yang menarik. Karena pengecatan tidak diperlukan, baja seperti ini (diebut baja lapuk/weathering steel) mungkin lebih ekonomis walaupun biaya awalnya agak lebih mahal daripada bja karbon tradisional.
Baja tertentu memiliki sifat kemampuan dilas yang lebih baik; beberapa lainnya lebih sesuai untuk tangki tekanan (pressure vessels), baik pada suhu diatas maupun dibawah suhu kamar.
Baja struktural ditunjukkan dengan identifikasi ASTM, dan juga dengan banyak sebutan lain. Untuk tujuan perencanaan, tegangan leleh tarik adalah besaran yang digunakan oleh spesifikasi, seperti AISC, sebagai fariabel sifat bahan untuk menetapkan tegangan ijin terhadap pelbagai macam pembebanan. Istilah “tegangan leleh” dipakai sebagai kata umum untuk “titik leleh”, yaitu titik penyimpangan dari keadaan elastis sempurna yang dapat dilihat dengan jelas pada kebanyakan baja struktural; atau “kekuatan leleh”, yaitu tegangan pada regangan tetap tertentu untuk baja tanpa titik leleh yang jelas. Pada tahun 1979, mutu baja yang ada di pasaran mempunyai tegangan leleh yang berkisar antara 24 dan 100 ksi (165 dan 698 MPa).
Baja untuk pemakaian struktural yang digiling panas (hot rolled) dapat dibedakan atas baja karbon, baja paduan rendah berkekuatan tinggi dan baja paduan. Syarat-syarat umum untuk baja ini diberikan dalam spesifikasi ANSI/ASTM A6.

a1. Baja karbon
Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan besi dengan presentase maksimum sebagai berikut: (a) karbon, 1.7; (b) mangan, 1.65; (c) silikon, 0.60; dan (d) tembaga, 0.60. karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan kekuatan besi murni. Kategori ini meliputi bahan dari besi acuan (ingot) yang tidak mengandung karbon sampai besi tuang yang mengandung karbon minimal 1.7%. baja ini dibagi atas 4 kategori: karbon rendah (kurang dari 0.15%); karbon lunak (0.15-0.29%); karbon sedang (0.30-0.59%); karbon tinggi (0.60-1.70%). Baja karbon srtuktural termasuk kategori karbon lunak; baja seperti A36 (biasa dipakai untuk gedung) mengandung karbon maksimum yang berkisar antara 0.25 dan 0.29% tergantung pada tebalnya. Baja karbon struktural ini memiliki titik leleh yang jelas. Penambahan presentase karbon menaikkan tegangan leleh tetapi mengurangi dektilitas (ductility), sehingga lebih sukar dilas pengelasan yang ekonomis dan memadai dengan tanpa pemanasan awal, pemanasan akhir, atau elektroda las khusus umumnya hanya dapat dicapai bila kandungan karbon tidak lebih dari 0.30%.

b2.  Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi
Kategori ini meliputi baja yang tegangan lelehnya berkisar antara 40 dan 70 ksi (275 dan 480 MPa) dengan titik leleh yang sama seperti untuk baja karbon. Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur paduan seperti chorom, columbium, tembaga, mangan, molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau zirconium, agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja karbon mendapatkan kekuatan dengan menaikkan kandungan karbon, unsur paduan menaikkan kekuatan dengan memperhalus mikrostruktur yang terjadi selama pendinginan baja. Baja paduan rendah kekuatan tinggi (high-strength low-alloy steel) dipakai pada kondisi penggilingan atau penormalan (tanpa perlakuan panas).

c3.  Baja paduan
Baja paduan rendah dapat didinginkan dalam air (quenched) dan dipanasi kembali (tempered) untuk memperoleh kekuatan leleh sebesar 80 sampai 110 ksi (550 sampai 760 MPa). Kekuatan leleh biasanya didefenisikan sebagai tegangan pada renggang tetap 0.25%, karena baja ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Baja ini dapat dilas dengan prosedur yang sesuai, dan biasanya tidak membutuhkan perlakuan panas (heat treatment) setelah dilas. Untuk keperluan khusus, pengurangan tegangan (stress relieving) kadang-kadang dibutuhkan. Beberapa baja karbon, seperti beberapa baja tangki tekanan, dapat didinginkan dalam air dan dipanasi kembali untuk mendapatkan kekuatan leleh sebesar 80 ksi (550 MPa), tetapi kebanyakan baja dengan kekuatan ini adalah baja paduan rendah. Baja ini umumnya mengandung akrbon maksimal sebesar 0.20% untuk membatasi kekerasan mikrostruktur kasar (martensit) yang dapat terbentuk selama perlakuan panas atau pengelasan, sehingga bahaya retak diperkecil.
Pencelupan menghasilkan martensit, yaitu mikrostruktur yang sangat keras, kuat dan getas; pemanasan kembali mengurangi sedikit kekuatan dan kekerasan tapi menaikkan keliatan dan daktilitas.

2.      KELIATAN DAN KEKENYALAN
Keliatan (toughness) dan kekenyalan (resilience) merupakan ukuran kemampuan logam untuk menyerap energi mekanis. Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan. Kekenyalan (kadang-kadang disebut ‘modulus kekenyalan’) adalah jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan yang dibebani tarikan; besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram tegangan renggangan sampai tegangan lelah.
Keliatan berhubungan dengan energi total, baik elastik maupun inelastik, yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan sebelum patah. Untuk tarikan uniaksial, keliatan sama dengan luas bidang dibawah tegangan renggangan tarik sampai titik patah. Luas in kadang-kadang disebut ‘modulus keliatan’.

3.      KEKUATAN LELEH UNTUK KEADAAN TAGANGAN MULTIAKSIAL
Sifat bahan struktur akan sama dengan sifat benda uji tarik hanya bila batang pemikul beban mengalami tegangan tarik uniaksial. Leleh pada struktur umumnya merupakan kelakuan yang tidak dapat didefinisikan dengan jelas seperti yang diamati pada uji tarik.

4.      KELAKUAN PADA SUHU TINGGI
Perencanaan struktur yang hanya berada pada suhu atmosfer jarang meninjau kelakuan pada suhu tinggi. Modulus elastisitas, kekuatan leleh dan kekuatan tarik akan menurun bila suhu naik. Pada suhu antara 300-7000F, baja dengan presentase tinggi menunjukkan ‘pelapukan renggangan’ (strain aging).
Pengaruh suhu tinggi yang lain adalah: (a) memperbaiki daya tahan kejut takik sampai kira-kira 150-2000F; (b) menaikkan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan senyawa karbon yang mulai terjadi pada suhu 9500F; dan (c) menaikkan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 10000F. baja umumnya dipakai pada keadaan suhu dibawah 10000F, dan beberapa baja yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar sushunya dibawah 8000F.

5.      KERJA DINGIN DAN PENGERASAN REGANGAN
Proses pembebanan diatas daerah elastis yang mengubah besarnya daktilitas yang tersedia (bila dilakukan pada suhu kamar) disebut kerja dingin (cold work). Karena struktur yang sesungguhnya tidak mengalami tekanan- tarikan uniaksial, pengaruh kerja dingin jauh lebih rumit.
Bila profil struktural dibentuk dari plat dalam keadaan dingin dan pada suhu atmosfir, daerah dekat bengkokan (bend) akan mengalami deformasi anelastis. Pengerjaan dingin pada daerah pengerasan regangan di tempat bengkokan kenaikan kekuatan leleh yang boleh diperhitungkan sesuai dengan spesifikasi perencanaan[1].

6.      PATAH GETAS
Baja yang biasanya daktil dapat menjadi getas akibat berbagai kondisi. Perencanaan harus memahami penyebabnya agar patah getas dapat dihindari
Patah getas didefinisikan sebagai “jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat”. Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat, tebal atau pembatas plat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan.[2]
Keliatan takik adalah petunjuk kecenderungan patah getas, Suhu merupakan faktor penting dalam beberapa hal:
a.     Harga di bawah mana keliatan tarik tidak memadai
b.    Pada suhu 600o-800o F (320o-430o C) timbul mikrosstruktur yang getas
c.     Diatas 1000o F (540o C) pengendapan senyawa karbon dan element paduan terjadi sehingga mikrostrukturnya lebih getas.


7.      SOBEKAN LAMELA
Sobekan lamela (lamela tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas. Dalam kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang (restrained) pecah (sobek) akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang ditimbulkan karena penyusutan logam las. Bila las dilakukan paa sambungan yang sangat dikekang, regangan setempat akibat penyusutan logam las dapat  beberapa kali leih besar dari regangan titik leleh. Karena tegangan akibat beben kerja jauh  di bawah tegangan leleh, regangan akibat beban kerja tidak menyebabkan atau menyebarnya tegangan lamela.
Akibat operasi penggiling panas dalam pembuatan profil, penampang baja mempunyai sifat yamg berlaianan dalam arah sejajar penggilingan, arah transversal dan arah ketebalan. Dalam daerah elastis baik arah penggilingan maupun transversal menunjukan kelakuan serupa dengan batas elastis untuk arah transvrsal berada sedikit dibawah batas untuk arah penggilingan. Namun, daktilitas (kapasitas regangan) dalam arah “ketebalan” dapat jauh dibawah daktilitas untuk arah penggilingan.[3]


8.      KEKUATAN LELAH
Pembebanan dan penghilangan beban berulang – ulang walaupun tidak melampaui titik leleh dapat mengakibatkan reruntuhan, fenomena ini disebut kelelahan (fatigue). Kelelahan dapat terjadi walaupun semua kondisinya ideal, yaitu keliatan takiknya baik. Tidak ada konsentrasi tegangan akibat lubang atau takik, kondisi teganganya uniaksial mikrostrukturnya  daktil, dll. Kondisi yang mempengaruhi daktilitas dan kondisi tegangan multiaksial sangat menurangi kekuatan lelah.


9.      BAJA LAPUK DAN TAHAN KARAT
Sejak pemakaian baja pertama, salah satu kelemahan utama ialah dibutuhkanya pengecatan untuk mencegah kerusakan logam akibat karat (korosi). Baja karbon yang kekuatanya rendah tidak mahal tetapi sangat mudah berkarat. Sifat tahan karat  dapat ditingkatkan dengan menambahkan tembaga sebagai unsur paduan. Namuan, baja karbon yang mengandung tembaga terlalu mahal untuk pemakain umum.
Baja paduan rendah kekuatan tinggi memiliki sifat tahan karat yang beberapa kali lebih besar dari baja karbon struktural, baik dengan atau tanpa penambahan tembaga . permukaan baja paduan rendah kekuatan tinggi tidak sekasar baja karbon, dan karat yang terbentuk menjadi lapisan pelindung yang menjegah korosi lebih lanjut. Dengan element paduan tertentu  baja paduan rendah kekuatan tinggi  akan memberikan lapisan oksida  pelindung yang tampaknya menarik dan dapat di deskripsikan “lapisan ini adalah karat yang sangat padat- warnanya adalah gabungan dari coklat, merah, dan ungu tua….. Tekstur dan warnanya tidak dapat ditiru-karakter yang hanya didapat diperoleh dari alam, seperti pada batu, marmer, dan granit.”[4] Bila baja tidak perlu dicat dan dibiarkan terbuka, baja ini disebut baja lapuk.
Sifat karat suatu baja, termasuk baja lapuk, tergantung pada susunan kimia, derajat polusi pada atmosfir,  dan frekuensi pembasahan dan pengeringan baja.


[1] spesifikasi cold formed steel design
[2] Rolfe (ahli struktur)
[3] AISC dan Thornton (ahli struktur)
[4] Architectural record, agustus 1962



1 komentar: