BAB
I
PENGERTIAN
Baja adalah bahan komoditas tinggi, terdiri dari Fe dalam
bentuk ltimat dan karbon. Besarnya ltima karbon adalah 1,6 %. Pembuatan baja
dilakukan dengan pembersihan dalam ltimatere tinggi. Besi mentah tidak dapat
ditempa. Pembuatan baja dilakukan menurut proses dapur tinggi dengan bahan
mentahnya biji Besi (Fe) dengan Oksigen (O) dan bahan-bahan lainnya. Biji besi
yang baik berkadar Fe atau Besi ± 60%, yang dinamakan dapur tinggi adalah dapur
corong yang tingginya 20 – 30 meter dan bagian bawahnya diberi lapisan batu
tahan api. Didalam dapur ini besi dipecahkan dari persenyawaan dan sebanyak
mungkin dipisahkan dari mineral lain.[1]
Baja berasal dari biji-biji besi yang telah melalui proses
pengolahan ditempa untuk berbagi keperluan. Besi yang murni adalah suatu logam
putih kebiruan, selunak timah hitam dan dapat dipotong dengan pisau. Disamping
besi, baja juga mengandung sedikit zat arang ©, Silikon (Si), Mangan (Mn),
Posfor (P) dan Belerang (S). Sifat baja adalah memiliki ketangguhan yang besar
dan sebagian besar tergantung pada cara pengolahan dan campurannya. Titik
lelehnya sekitar 1460°-1520°c, berat jenisnya sekitar 7,85 dan angka
pengembangannya tiap 1°c.
Pengaruh C, Si dan Mn dalam campuran besi memberikan
pengaruh yang baik pada kualitas baja. Kualitas baja menjadi buruk apabila
dalam campuran tersebut banyak terdapat P dan S. pada biji-biji besi yang belum
diolah kadar C, Si, Mn dan S adalah sebanyak 4 %. Jadi baja adalah bahan besi
yang kebersamaannya tinggi, terjadi terutama dari Fe, ltimat dan C. Pada
umumnya jenis-jenis baja bangunan terbagi dua macam yaitu :
1.
Baja Wals (giling) tidak
dengan campuran logam.
2.
Baja Wals dengan campuran
logam.
Baja
yang digunakan untuk bahan bangunan adalah baja yang berupa batangan dan plat yang digunakan untuk pembuatan
bangunan seperti rumah tinggal, bangunan ltima, jembatan dan lain-lain.
Konstruksi rangka baja adalah suatu konstruksi yang dibuat dari susunan batang-batang
baja yang membentuk kumpulan-kumpulan segi tiga, dimana tiap pertemuan bebarapa batang disambung pada plat
pertemuan/simpul dengan menggunakan alat sambung.
Penggunaan
konstruksi rangka baja untuk bangunan, diantaranya adalah untuk: kuda—kuda,
ikatan angin, jembatan rangka, tiang transmisi dan menara air. Jenis-jenis baja untuk bangunan biasanya diberi
nomor yang sesuai dengan ultimatenya. Jenis baja yang banyak dipakai adalah St
37 dan St 52. Baja jenis St 37 mempunyai tegangan ltimate sebesar 3700 Kg/cm2.
Baja jenis St 52 mempunyai tegangan ultimate sebesar 5200 Kg/cm2.
[1] Wikipidia indonesia
BAB
II
LATAR
BELAKANG SEJARAH
STRUKTUR BAJA
Pemakaian Logam sebagai bahan struktur dimulai dari besi
tuang yang dituangkan pada pelengkung dengan bentang 100 ft (30 m) yang
dibangun di Inggris pada tahun 1777-1779. Sejumlah jembatan besi tuang dibangun
selam periode tahun 1780-1820, yang kebanyakan berbentuk busur dengan gelegar
induk yang terdiri dari potongan besi tuang individual (berupa balok atau
rangka batang). Besi tuang juga dipakai untuk rantai pada jembatan gantung (susupension
bridges) sebelum tahun 1840.
2.1. Penggunaan besi sebelum baja digunakan
Besi tempa mulai menggantikan besi tuang setelah tahun
1840. Contoh tertua yang terpenting adalah jembatan Britania di Selai Menai,
Wales, yang dibangun pada tahun 1846-1850. Ini merupakan jembatan balok tubular
(berpenampang tertutup) dengan bentang 230-460-460-230 ft (70-140-140-70 m)
yang dibuat drai plat dan siku besi tempa.
Proses penggilingan berbagai profil dikembangkan pada
saat besi tuang dan besi tempa banyak digunakan. Batang bulat diproduksi dalam
skala besar mulai tahun 1780. Pembuatan rel besi kereta api dimulai pada tahun
1820 dan dikembangkan menjadi profil I pada tahun 1870.
Perkembangan proses Bessemer (1855),
penyempurnaan Konvertor Bessemer (1870), dan kapur alas terbuka memperluas
pemakaian produk bijih besi sebagaibahan bangunan. Sejak tahun 1890 baja
menggantikan besi tempa sebagai bahan bangunan logam utama. Tahun 1979 baja
untuk bahan struktur memiliki tegangan leleh yang berkisar dari 24.000 sampai
100.000 pon per inci persegi, psi (165 sampai 690 megapascal MPA).[1]
BAB III
STRUKTUR BAJA
Struktur
bisa dibagi atas tiga kategori umum : (a) struktur rangka (frame structure), yang
elemennya bisa terdiri dari batang tarik; kolom, balik dan batang yang
mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur selaput (shell),
yang tegangan aksialnya dominan; dan (c) struktur gantung (suspension), yang
sistem pendukung utamanya mengalami tarikan aksial yang dominan.[1]
1 1. Struktur Rangka
Gedung bertingkat banyak biasanya terdiri dari balok dan
kolom yang disambung secara kaku atanu dengan sambungan ujung sedrhana bersama
sokongan (bracing) diagonal untuk stabilitas. Bangunan industri dan bangunan
satu tingkat sepert gereja, sekolah dan arena umumnya bisa berupa struktur rangka
secara keseluruhan atau sebagian. Sistem atap khususnya bisa berupa himpunan
rangka batang bidang, rangka batang ruang,kubah,atau sebagai bagian dari
portal kaku datar atau miring.
3.1. Struktur Rangka
Jembatan
umumnya merupakan struktur rangka, seperti balok dan gelegar plat atau rangka
batang, yang biasanya menerus.
22.
Struktur Selaput
Pada
jenis struktur ini, selaput memiliki fungsi pemakaian disamping ikut mendukung
beban. Salah satu yang jenis tegangan utamanya bersifat tarik adalah tempat
penyimpanan cairan (baik yang bersuhu tinggi maupun rendah), misalnya tangki
air di atas tanah. Silo, tangki dan badan kapal merupakan contoh lainnya.
Banyak struktur selaput merupakan gabungan dari struktur rangka dan selaput.
Pada dinding dan atap datar, elemen “penutup” (skin) bisa
mengalami tekanan bila bekerja sama dengan kerangkanya. Badan pesawat adalah
contohnya.
Struktur
jenis selaput biasanya direncanakan oleh ahli-ahli khusus.
3.2. Struktur Selaput
3. Struktur Gantung
Pada struktur gantung, kabel tarik merupakan elemen
pendukung paling utama. Biasanya subsistem dari struktur tersebut terdiri dari
struktur rangka, seperti rangka batang pengaku untuk jembatan gantung. Karena
elemen tarik adalah elemen paling efisien untuk memikul beban, struktur yang
memanfaatkan konsep ini sekarang banyak digunakan.
Banyak
struktur istimewa yang dibuat dari kombinasi struktur rangka selaput dan
gantung telah dibangun. Namun, perencana umumnya harus memahami prinsip
perencanaan dan kelakuan struktur rangka.
3.3.
Struktur Gantung
[1] Charles.G, Salmon Dkk. “Struktur baja desain dan perilaku” jilid 1 edisi kedua
BAB IV
SIFAT—SIFAT BAJA
Sifat-sifat
umum baja yaitu teristimewa kekakuannya dalam berbagai macam keadaan pembebanan
atau muatan, terutama tergantung dari :
Cara meleburnya
Jenis dan banyaknya logam
campuran
Proses yang digunakan dalam
pembuatan.
1. Dalil I
Besi
murni tidak mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan untuk dipergunakan sebagai
bahan penanggung dari konstruksi. Untuk mendapatkan sifat-sifat yang istimewa
kadsang-kadang ditambahkan juga logam lain, seperti: Cr, N, Mo, dll. Baja yang
digunakan dalam bentuk sekarang termasuk apa yang dikamakan baja bangunan.
Sifat-sifat baja yang paling utama untuk diketahui adalah :
Sifat kekuatan, artinya baja
itu mempunyai kekuatan tinggi untukmenahan tank, tekan, lenturan dan geseran.
Sifat keteguhan (solidity),
yaitu batas dari tegangan-tegangan dalam, dimana perpatahan mulai berlangsung
berarti daya lawan terhadap tarikan, tekan atau lenturan.
Sifat elastisitas, artinya
sampai batas tertentu bahan baja mengalami pembebanan dan akibat pembebanan
tersebut akan kembali pads bentuk semula atau dapat dikatakan pula sebagai
kesanggupan dalam batas-batas tertentu sesudahnya, pembebanan, ditiadakan,
kembali pada bentuk semula.
Sifat kekenyalan, artinya
kesanggupan untuk menerima perubahan-perubahan bentuk yang besar tanpa
menderita kerugian berupa cacatcacat atau kerusakan yang terlihat dari luas
dan dalam jangka pendek sebelum patah masih bisa berubah bentuk dengan baik.
Sifat dapat ditempa, sifat
pada keadaan lembek/pijar karena dipanasi mudah
ditempa, sehingga dapat diubah bentuknya tetapi pada keadaan dingin,
sifat kekuatannya tidak berubah.
Sifat
kekerasan (hardness), artinya tidak mudah mengalami cacat jika terkena
benturan, jadi bahan baja ini cukup keras tetapi elastis dimana kekuatan
melawan terhadap masuknya benda lain didalamnya.
Sifat kemungkinan dilas, sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu
sama lain dengan memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tanpa merugikan
sifat-sifat keteguhannya.
2. Dalil II
Dalam praktek ada suatu hal yang sangat penting bahwa
sifat-sifat konstruksi dapat berarti runtuhnya seluruh konstruksi, oleh karena
itu :
Penentuan syarat-syarat
minimum harus dimuat didalam seluruh kontrak pemesanan, pembelian atau
penyerahan bahan.
Garansi tentang meratanya
sifat-sifat itu harus didapatkan dengan dilakukannya pengujian pada waktu
penyerahan bahan.
Tuntutan-tuntutan yang
tinggi, tetapi tidak perlu benar sebab bahan bernilai tinggi itu lebih mahal
atau tidak ekonomis.
Sifat sifat yang kita
kehendaki harus ada bukan saja pada waktu penerimaan bahan tetapi juga harus
tetap ada pada waktu sudah dikerjakan, yaitu setelah dipotong, digergaji,
dibor, ditempa, dibengkokkan, dan lain-lain.
3. Dalil III
Pengetahuan yang tepat dari sifat-sifat dan kekakuan baja
bangunan dalam keadaan
pembebanan yang bermacam-macam itu menjadi dasar pekerjaan dari seorang
arsitek, statiker, kontruksi dan insinyur-insinyur dipabrik atau tempat
pekerjaannya.
SIFAT-SIFAT
BAJA
1.
BAJA
STRUKTURAL
Selama
pengenalan baja struktural sebagai bahan bangunan utama hingga tahun 1960, baja
yang dipakai adalah baja karbon (carbon steel) dengan sebutan baja ATSM
(American Society for Testing and Materials) A7, dan emmpunyai tegangan leleh
minimum yang ditetapkan (minimum specified yield stress) sebesar 33 ksi. Banyak
perencana hanya menyebutnya sebagai “baja” tanpa petunjuk lain dan spesifikasi
AISC hanya menentukan tegangan ijin dan prosedur untuk jenis baja A7. Baja
struktural yang lain, seperti baja paduan (alloy) rendah khusus tahan karat
(A242) dan baja yang lebih mudah dilas (A373), telah ada di pasaran tetapi
masih jarang dipergunakan untuk gedung. Perencanaan jembatan kadang-kadang
memakai baja tersebut.
Tahun
1979, banyaknya baja yang tersedia memungkinkan seorang perencana menaikkan
kekuatan bahan pada daerah yang tegangannya besar, sehingga tidak perlu
memperbesar ukuran batang. Perencana dapat memutuskan berdasarkan mana yang
lebih disukai, kekakuan maksimum atau berat teringan. Sifat tahan karat (untuk
menghindari seringnya terjadi pengecatan)
juga dpat merupakan faktor yang penting. Beberapa baja sekarang
dioksidasi untuk membentuk lapisan pelindung yang padat. Lapisan ini mencegah
oksidasi (korosi atau karat) lebih lanjut dan mempunyai tekstur yang rata
dengan warna merah-coklat tua yang menarik. Karena pengecatan tidak diperlukan,
baja seperti ini (diebut baja lapuk/weathering steel) mungkin lebih ekonomis walaupun
biaya awalnya agak lebih mahal daripada bja karbon tradisional.
Baja
tertentu memiliki sifat kemampuan dilas yang lebih baik; beberapa lainnya lebih
sesuai untuk tangki tekanan (pressure vessels), baik pada suhu diatas maupun
dibawah suhu kamar.
Baja
struktural ditunjukkan dengan identifikasi ASTM, dan juga dengan banyak sebutan
lain. Untuk tujuan perencanaan, tegangan leleh tarik adalah besaran yang
digunakan oleh spesifikasi, seperti AISC, sebagai fariabel sifat bahan untuk
menetapkan tegangan ijin terhadap pelbagai macam pembebanan. Istilah “tegangan
leleh” dipakai sebagai kata umum untuk “titik leleh”, yaitu titik penyimpangan
dari keadaan elastis sempurna yang dapat dilihat dengan jelas pada kebanyakan
baja struktural; atau “kekuatan leleh”, yaitu tegangan pada regangan tetap
tertentu untuk baja tanpa titik leleh yang jelas. Pada tahun 1979, mutu baja
yang ada di pasaran mempunyai tegangan leleh yang berkisar antara 24 dan 100
ksi (165 dan 698 MPa).
Baja
untuk pemakaian struktural yang digiling panas (hot rolled) dapat dibedakan
atas baja karbon, baja paduan rendah
berkekuatan tinggi dan baja paduan.
Syarat-syarat umum untuk baja ini diberikan dalam spesifikasi ANSI/ASTM A6.
a1. Baja karbon
Sebutan
baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan besi dengan
presentase maksimum sebagai berikut: (a) karbon, 1.7; (b) mangan, 1.65; (c)
silikon, 0.60; dan (d) tembaga, 0.60. karbon dan mangan adalah unsur utama
untuk menaikkan kekuatan besi murni. Kategori ini meliputi bahan dari besi
acuan (ingot) yang tidak mengandung karbon sampai besi tuang yang mengandung
karbon minimal 1.7%. baja ini dibagi atas 4 kategori: karbon rendah (kurang
dari 0.15%); karbon lunak (0.15-0.29%); karbon sedang (0.30-0.59%); karbon
tinggi (0.60-1.70%). Baja karbon srtuktural termasuk kategori karbon lunak;
baja seperti A36 (biasa dipakai untuk gedung) mengandung karbon maksimum yang
berkisar antara 0.25 dan 0.29% tergantung pada tebalnya. Baja karbon struktural
ini memiliki titik leleh yang jelas. Penambahan presentase karbon menaikkan
tegangan leleh tetapi mengurangi dektilitas (ductility), sehingga lebih sukar
dilas pengelasan yang ekonomis dan memadai dengan tanpa pemanasan awal,
pemanasan akhir, atau elektroda las khusus umumnya hanya dapat dicapai bila
kandungan karbon tidak lebih dari 0.30%.
b2.
Baja Paduan Rendah Kekuatan
Tinggi
Kategori
ini meliputi baja yang tegangan lelehnya berkisar antara 40 dan 70 ksi (275 dan
480 MPa) dengan titik leleh yang sama seperti untuk baja karbon. Baja ini
diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur paduan seperti chorom,
columbium, tembaga, mangan, molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau zirconium,
agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja karbon mendapatkan
kekuatan dengan menaikkan kandungan karbon, unsur paduan menaikkan kekuatan
dengan memperhalus mikrostruktur yang terjadi selama pendinginan baja. Baja
paduan rendah kekuatan tinggi (high-strength low-alloy steel) dipakai pada
kondisi penggilingan atau penormalan (tanpa perlakuan panas).
c3. Baja paduan
Baja
paduan rendah dapat didinginkan dalam air (quenched) dan dipanasi kembali
(tempered) untuk memperoleh kekuatan leleh sebesar 80 sampai 110 ksi (550
sampai 760 MPa). Kekuatan leleh biasanya didefenisikan sebagai tegangan pada
renggang tetap 0.25%, karena baja ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas.
Baja ini dapat dilas dengan prosedur yang sesuai, dan biasanya tidak
membutuhkan perlakuan panas (heat treatment) setelah dilas. Untuk keperluan
khusus, pengurangan tegangan (stress relieving) kadang-kadang dibutuhkan.
Beberapa baja karbon, seperti beberapa baja tangki tekanan, dapat didinginkan
dalam air dan dipanasi kembali untuk mendapatkan kekuatan leleh sebesar 80 ksi
(550 MPa), tetapi kebanyakan baja dengan kekuatan ini adalah baja paduan
rendah. Baja ini umumnya mengandung akrbon maksimal sebesar 0.20% untuk
membatasi kekerasan mikrostruktur kasar (martensit) yang dapat terbentuk selama
perlakuan panas atau pengelasan, sehingga bahaya retak diperkecil.
Pencelupan
menghasilkan martensit, yaitu mikrostruktur yang sangat keras, kuat dan getas;
pemanasan kembali mengurangi sedikit kekuatan dan kekerasan tapi menaikkan
keliatan dan daktilitas.
2.
KELIATAN
DAN KEKENYALAN
Keliatan
(toughness) dan kekenyalan (resilience) merupakan ukuran kemampuan logam untuk
menyerap energi mekanis. Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi
elastis suatu bahan. Kekenyalan (kadang-kadang disebut ‘modulus kekenyalan’)
adalah jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan
yang dibebani tarikan; besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram
tegangan renggangan sampai tegangan lelah.
Keliatan
berhubungan dengan energi total, baik elastik maupun inelastik, yang dapat
diserap oleh satu satuan volume bahan sebelum patah. Untuk tarikan uniaksial,
keliatan sama dengan luas bidang dibawah tegangan renggangan tarik sampai titik
patah. Luas in kadang-kadang disebut ‘modulus keliatan’.
3.
KEKUATAN
LELEH UNTUK KEADAAN TAGANGAN MULTIAKSIAL
Sifat
bahan struktur akan sama dengan sifat benda uji tarik hanya bila batang pemikul
beban mengalami tegangan tarik uniaksial. Leleh pada struktur umumnya merupakan
kelakuan yang tidak dapat didefinisikan dengan jelas seperti yang diamati pada
uji tarik.
4.
KELAKUAN
PADA SUHU TINGGI
Perencanaan
struktur yang hanya berada pada suhu atmosfer jarang meninjau kelakuan pada
suhu tinggi. Modulus elastisitas, kekuatan leleh dan kekuatan tarik akan
menurun bila suhu naik. Pada suhu antara 300-7000F, baja dengan
presentase tinggi menunjukkan ‘pelapukan renggangan’ (strain aging).
Pengaruh
suhu tinggi yang lain adalah: (a) memperbaiki daya tahan kejut takik sampai
kira-kira 150-2000F; (b) menaikkan kegetasan akibat perubahan
metalurgis, seperti pengendapan senyawa karbon yang mulai terjadi pada suhu 9500F;
dan (c) menaikkan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 10000F.
baja umumnya dipakai pada keadaan suhu dibawah 10000F, dan beberapa
baja yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar sushunya dibawah 8000F.
5.
KERJA
DINGIN DAN PENGERASAN REGANGAN
Proses
pembebanan diatas daerah elastis yang mengubah besarnya daktilitas yang
tersedia (bila dilakukan pada suhu kamar) disebut kerja dingin (cold work).
Karena struktur yang sesungguhnya tidak mengalami tekanan- tarikan uniaksial,
pengaruh kerja dingin jauh lebih rumit.
Bila
profil struktural dibentuk dari plat dalam keadaan dingin dan pada suhu
atmosfir, daerah dekat bengkokan (bend) akan mengalami deformasi anelastis.
Pengerjaan dingin pada daerah pengerasan regangan di tempat bengkokan kenaikan
kekuatan leleh yang boleh diperhitungkan sesuai dengan spesifikasi perencanaan[1].
6. PATAH GETAS
Baja
yang biasanya daktil dapat menjadi getas akibat berbagai kondisi. Perencanaan
harus memahami penyebabnya agar patah getas dapat dihindari
Patah
getas didefinisikan sebagai “jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa
deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat”. Kelakuan
patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat,
tebal atau pembatas plat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan.[2]
Keliatan
takik adalah petunjuk kecenderungan patah getas, Suhu merupakan faktor penting
dalam beberapa hal:
a.
Harga di bawah mana keliatan
tarik tidak memadai
b.
Pada suhu 600o-800o
F (320o-430o C) timbul mikrosstruktur yang getas
c.
Diatas 1000o F (540o C)
pengendapan senyawa karbon dan element paduan terjadi sehingga mikrostrukturnya
lebih getas.
7. SOBEKAN LAMELA
Sobekan
lamela (lamela tearing) merupakan
salah satu bentuk patah getas. Dalam kasus ini, bahan dasar pada sambungan las
yang sangat dikekang (restrained)
pecah (sobek) akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang ditimbulkan karena
penyusutan logam las. Bila las dilakukan paa sambungan yang sangat dikekang,
regangan setempat akibat penyusutan logam las dapat beberapa kali leih besar dari regangan titik
leleh. Karena tegangan akibat beben kerja jauh
di bawah tegangan leleh, regangan akibat beban kerja tidak menyebabkan
atau menyebarnya tegangan lamela.
Akibat
operasi penggiling panas dalam pembuatan profil, penampang baja mempunyai sifat
yamg berlaianan dalam arah sejajar penggilingan, arah transversal dan arah ketebalan. Dalam daerah elastis baik arah
penggilingan maupun transversal
menunjukan kelakuan serupa dengan batas elastis untuk arah transvrsal berada sedikit dibawah batas untuk arah penggilingan.
Namun, daktilitas (kapasitas regangan) dalam arah “ketebalan” dapat jauh
dibawah daktilitas untuk arah penggilingan.[3]
8. KEKUATAN LELAH
Pembebanan
dan penghilangan beban berulang – ulang walaupun tidak melampaui titik leleh dapat
mengakibatkan reruntuhan, fenomena ini disebut kelelahan (fatigue). Kelelahan dapat terjadi walaupun semua kondisinya ideal,
yaitu keliatan takiknya baik. Tidak ada konsentrasi tegangan akibat lubang atau
takik, kondisi teganganya uniaksial mikrostrukturnya daktil, dll. Kondisi yang mempengaruhi
daktilitas dan kondisi tegangan multiaksial sangat menurangi kekuatan lelah.
9. BAJA LAPUK DAN TAHAN KARAT
Sejak
pemakaian baja pertama, salah satu kelemahan utama ialah dibutuhkanya
pengecatan untuk mencegah kerusakan logam akibat karat (korosi). Baja karbon
yang kekuatanya rendah tidak mahal tetapi sangat mudah berkarat. Sifat tahan
karat dapat ditingkatkan dengan menambahkan
tembaga sebagai unsur paduan. Namuan, baja karbon yang mengandung tembaga
terlalu mahal untuk pemakain umum.
Baja
paduan rendah kekuatan tinggi memiliki sifat tahan karat yang beberapa kali
lebih besar dari baja karbon struktural, baik dengan atau tanpa penambahan
tembaga . permukaan baja paduan rendah kekuatan tinggi tidak sekasar baja
karbon, dan karat yang terbentuk menjadi lapisan pelindung yang menjegah korosi
lebih lanjut. Dengan element paduan tertentu
baja paduan rendah kekuatan tinggi
akan memberikan lapisan oksida
pelindung yang tampaknya menarik dan dapat di deskripsikan “lapisan ini
adalah karat yang sangat padat- warnanya adalah gabungan dari coklat, merah,
dan ungu tua….. Tekstur dan warnanya tidak dapat ditiru-karakter yang hanya didapat
diperoleh dari alam, seperti pada batu, marmer, dan granit.”[4]
Bila baja tidak perlu dicat dan dibiarkan terbuka, baja ini disebut baja lapuk.
Sifat
karat suatu baja, termasuk baja lapuk, tergantung pada susunan kimia, derajat
polusi pada atmosfir, dan frekuensi
pembasahan dan pengeringan baja.
Beyond-steel Indonesia jual besi dan baja industri:
BalasHapusPlat A572 gr.50,
Plat A516 gr.70,
Creusabro 8000,
stainless 304 dan
stainless 316 high quality , dll,
dengan kualitas terjamin. bisa dipertanggung jawabkan, c/w certificate.
Untuk info lebih lengkap silahkan hubungi: sales@beyond-steel.com